-

Rusmannulis

Selasa, 27 Agustus 2019

PUISI:

SEBELUM AKU MENJADI LIAR





Biarkanlah mereka itu berkicau bagai puluhan burung

AKu yakin Suaranya kelak akan terhenti

Jika mereka mengerti, betapa amat luasnya langit dan dalamnya lautan

Selanjutnya keheranan orang-orang bodoh itu benar-benar tidak tertahankan lagi

Saat aku tetap melangkah maju sambil mengayunkan tangan menghantam berbagai rintangan

Dan mereka kubuat menjadi lebih heran melihat tata gerak kakiku yang tak mungkin dikejar lagi

Maka karena itulah, manusia-manusia pecundang itupun niscaya menjadi lebih berhati-hati

Demikianlah, ketika ayunan kedua tangan ini hampir mengenai ulu hati, maka aku pun menariknya menggeser ke samping

Memberi kesempatan pada para sahabat palsu itu untuk lari dari keterlanjuranku

Kembali menjadi serigala yang takkan mungkin ingat tentang nilai dan norma.***


Keterangan:
Pernah tertayang di kompasiana tgl.1 februari 2019

Jumat, 23 Agustus 2019

WAYANG, DALANG DAN SINDEN

Piring itu bisa diibaratkan sebagai kelir wayang
Keduanya adalah wahana atau tempat untuk menggelar sajian utama
Wayang adalah nasi, di mana keduanya merupakan aspek yang paling inti

Gamelan adalah kuah dan lauknya
Nasi tanpa kuah dan lauk tentu tidak ada rasanya, begitu pula wayang tanpa gamelan.. mungkinkah?
Dalang adalah sendoknya
Tanpa dalang wayang takkan mampu dinikmati begitu pula tanpa sendok nasi tak akan sanpai ke mulut

Sinden adalah garpunya
Sinden adalah pendamping dalang dan garpu adalah pendamping sendok
Tema atau lakon adalah menunya
Lakon wayang itu adalah isi pesan begitu pula menu itu adalah gizi

Akhirnya kedua kutub bertemu di indra kita..
Ialah telinga, mata dan mulut kita
Telinga dan mata adalah alat untuk menikmati pagelaran wayang
Mulut dan lidah alat untuk menikmati kelezatan makanan
Dan sebagai titik kulminasinya adalah hati dan nurani kita
Wayang sebagai makanan jiwa yang sarat dengan nilai dan norma
Sedang nasi sebagai santapan raga akan mampu membuat kehidupan yang sehat dan barokah.

Demikian sekilas analisa tentang pentingnya "sajian wayang" bagi jiwa dan raga kita.

DALANG

Dalang, multi skil harus dia miliki. Dalang itu tidak ubahnya seorang guru, seorang pedakwah, ataupun penceramah.
Dari dirinyalah diharapkan banyak nilai dan norma adi luhung ajaran para leluhur dapat diajarkan pada masyarakat.
Pada sisi lain pertunjukkan wayang itu sesungguhnya adalah pertunjukkan yang keren juga.
Seorang Dalang menjadi sentral pertujukkan yang berfungsi sebagai pembawa cerita.
Dia harus mampu menjadi penembang, memainkan wayang, juga pengisi suara yang sesuai karakter wayang.
Dari diskripsi itu dapat dibayangkan betapa hebatnya figur dalang, multi skill harus dia miliki dan dia peragakan di depan publik.
Karena itu tentu dalang merupakan sebuah profesi, bukan sekedar pekerjaan atau tempat untuk mencari makan semata.
Dalam setiap profesi di sana ada unsur pengabdian, amanah, tuntutan, martabat, dan tentu saja juga penghasilan.
Untuk bisa menjadi Dalang yang baik bukan sembarangan, membutuhkan proses dan latihan yang panjang.
Pada sisi lain, seorang Dalang ternyata juga haruslah seorang manajer.
Sebab dalam pertunjukan bukan hanya dalang dan wayang yang harus hadir.
Di situ juga banyak pemain orkestra gamelan dan koor (choir) ibu-ibu pesinden yang melantunkan tembang-tembang.
Semua harus berpadu dalam sebuah kemasan yang harmonis, suatu kesatuan dari berbagai unsur.
Yang harus sinergis sehingga menjadi sajian yang bisa dinikmati oleh semua orang.
Maka di situlah letak manajernya seorang Dalang.

SINDEN

Sinden atau lengkapnya Pesinden berasal dari Bahasa Jawa "pesindian" yang berarti orang yang berbakat menyanyi.
Jelasnya pesinden adalah orang yang bertugas bernyanyi (nembang) seirama dengan orkestra gamelan.
Umumnya dia adalah seorang wanita yang mempunyai kemampuan berkomunikasi secara baik dan luas.
Dia juga harus berkeahlian mengolah vokal yang baik dan berkemampuan untuk menyanyi dengan cengkok-cengkok yang merdu.
Sinden disebut pula waranggana, tetdiri dari kata "wara" yang berarti seorang wanita, dan kata "anggana" berarti mandiri.
Memang pada era dahulu waranggana itu hampur selalu diperankan oleh satu wanita dalam setiap pergelaran wayang maupun pentas klenengan.
Sinden saat itu adalah seorang wanita yang nembang sesuai dengan gendhing yang diminta baik pentas klenengan maupun pergelaran wayang.
Sementara itu Istilah sinden tidak hanya dikenal di satu tempat saja. Namun juga banyak digunakan di beberapa daerah seperti Banyumas, Yogyakarta, Sunda, Jawa Timur serta daerah lainnya.
Tetapi sesuai perkembangan jaman sekarang Sinden tidak hanya tampil sendirian (satu orang) tetapi dalam satu pertunjukan wayang bisa mencapai lima hingga enam orang bahkan bisa pula lebih jika dalam pergelaran yang spektakuler.
Pada pergelaran wayang zaman dulu, Sinden biasanya duduk di belakang Dalang, tepatnya di belakang penabuh gender dan di depan tukang Kendhang.
Yang sering hanya seorang diri dan biasanya istri dari Dalangnya atau bisa saja istri salah satu pengrawit dalam pergelaran tersebut.
Tetapi seiring perkembangan zaman, terutama di era Ki Narto Sabdho yang banyak melakukan pengembangan, Sinden dialihkan tempatnya menghadap ke penonton tepatnya di sebelah kanan Dalang serta membelakangi simpingan wayang dengan jumlah lebih dari dua orang.
Dewasa ini Sinden mendapatkan tempat yang tidak ubahnya  seperti artis penyanyi bahkan bagi sinden yang sudah kondang penghasilannya tidak kalah dengan para penyanyi yang populer.
Pakaiannya pun selalu rapi dan menarik dengan wajah cantik-cantik pula. Semua itu tentu dapat membuat penonton lebih kerasan dalam menikmati pertunjukan wayang.
Namun dalam perkembangannya sekarang Sinden wayang tidak pula didominasi oleh kaum wanita, sekarang muncul juga beberapa orang Sinden laki-laki yang mempunyai suara merdu tak ubahnya sinden wanita.***

Rabu, 21 Agustus 2019

SEDULUR SINOROWEDI


Dia bukanlah saudara kandung, bukan istri atau suami, bukan anak atau keponakan, serta bukan keluarga besar dalam bentuk apapun, tapi keberadaannya terasa sekali dekat dengan kita. Dia akan selalu sanggup hadir di tengah suka atau duka, baik diminta atau tidak diminta. Kadang-kadang justru terasa melebihi saudara kandung kita sendiri.

Dia bukan pula sang kekasih hati, bukan orang yang selama ini menerima belaian cinta kita. Namun pengorbanannya, dan cara dia memperlakukan kita seolah-olah justru lebih dari kita sendiri. Nah, siapakah dia? Dia tidak lain adalah orang yang sering kita sebut sebagai "sedulur sinorowedi".

Sebutan sedulur sinorowedi ini rasanya sangat kental bagi telinga masyarakat Indonesia khususnya orang jawa. Para orang tua kita yang hidup pada zaman dulu umumnya memiliki orang-orang lain selain keluarga mereka. Orang yang seringkali ia datang untuk bersilaturahmi di banyak waktu senggang mereka. Atau bisa pula sebaliknya, yang sering mereka datang ke rumahnya.

Pada zaman dahulu memang budaya saling bersilaturahmi masih sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping karena pola kehidupan sosial yang terwarisi dari para leluhur masih sangat kuat juga karena mereka memiliki waktu yang sangat longgar. Jalinan kehidupan sosial yang erat itu bisa pula disebabkan oleh mainset atau pola pikir mereka yang sederhana.
Hidup "salumrahe" tidak perlu "neka-neka", yang penting cukup papan-pangan-sandhang (rumah-pakaian-makan), maka hidup ini rasanya sudah lengkap. Seiring dengan perkembangan zaman, maka dinding kehidupan sosial seperti itu nampaknya semakin terkikis oleh pola kehidupan yang baru. Pola pikir yang individualistis dan pragmatis semakin nampak jelas teraktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Lahirlah kemudian gaya hidup yang konsumtif dan hedonistis ialah hidup yang lebih banyak mengandalkan uang, harta dan kesenangan. Di tengah gelombang model kehidupan yang seperti itulah, maka tiba-tiba saja konsep dan penerapan "sedulur sinorowedi" itu bagaikan hilang dari tata pergaulan masyarakat kita.
Mengapa bisa begitu? Tidak lain karena konsep sinorowedi yang penulis gambarkan di atas masih tergantung sekali pada wujud fisik manusia. Masih didasari oleh sikap dan pandangan orang lain di mana sikap orang lain itu mudah sekali terhempas oleh perkembangan situasi dan kondisi lingkungannya.

Di bawah ini ada lagi satu konsep sedulur sinorowedi yang lebih didasarkan pada pandangan spiritualisme, ialah apa yang orang tempoe doeloe sering menyebutnya sebagai "kakang kawah, adhi ari-ari."

Siapakah sebenarnya "kakang kawah, adhi ari-ari" itu? Rasanya lamat-lamat pada tempoe doeloe kita agak sering juga mendengar istilah itu. Meskipun sekarang rasanya sudah semakin jarang telinga ini mendengarnya lagi.

Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut, kiranya perlu dimengerti bahwa tulisan ini akan sedikit menyinggung tentang konsep spiritual kejawen. Bagi yang tidak yakin, anggaplah ini sebagai tambahan pengetahuan saja. Sedang bagi yang sudah memahami, mungkin bisa disikapi sebagai bahan diskusi.

Sedang penulis sen
diri lebih banyak menyikapinya sebagai ungkapan rasa senang, membaca tulisan senior kompasianer dari "Ulul Rosyad, 2013" dan terasa ingin membaginya kepada pembaca sekalian.
Dalam konsep spiritual "sedulur sinorowedi" manusia itu ada banyak sekali, dan setiap orang pasti mempunyainya, senang atau tidak senang, karena ini sebagai bagian dari keberadaan kita. Sedulur alus tersebut sesuai dengan yang ginaris oleh Tuhan  YME.

1. Mar dan Marti
Kelompok yang pertama adalah "Mar dan Marti". Mereka merupakan saudara alus kita yang lebih tua tetapi tidak ikut dilahirkan melalui rahim. 
"Mar" sebagai pencerminan perjuangan ibu saat melahirkan dan sekaligus adalah pendamping yang hebat bagi manusia yang akan menjalankan amanah untuk keluar dari guwa garbo. 
Sedangkan "Marti" adalah pencerminan perjuangan ibu setelah melahirkan. Dia merupakan pendamping saat manusia kecil itu masih dalam perawatan dan melakukan penyesuaian di alam dunia. Sebagai sedulur alus manusia yang lebih tua maka "Mar dan Marti" ini dianggap sangat tinggi kedudukannya.
2. Sedulur Papat Kalimo Pancer

Selanjutnya ada yang disebut "Sedulur Papat Kalimo Pancer", yaitu terdiri dari:
a.      Kakang Kawah

ialah unsur yang keluar dari rahim sebelum sang bayi. Disebut warnanya putih dan bertempat di Timur.
b.      Adi ari-ari

ialah unsur yang keluar dari rahim sesudah si bayi. Konon warnanya kuning dan tempatnya di Barat.
c.       Unsur "Getih”

ialah unsur yang keluar dari rahim sewaktu melahirkan. Unsur ini warnanya merah, tempatnya di Selatan.
d.      Puser atau pusar

 yang kelak dipotong sesudah si bayi lahir. Warnanya hitam dan tempatnya di Utara.

e.       Pancer

yaitu berupa jasmani yang digambarkan berada di tengah di antara empat saudara lain yang tidak beraga. Mereka ini sebagai saudara halus konon bertugas mendampingi manusia kelak dalam mengarungi hidup sehari-hari.

3. Kadang Marga Ino

Kemudian ada sedulur halus yang disebut: Kadang marga ino, Kadang kang ora katon lan ora karawatan, Kadang kang lair bareng sadino sawengine. 
Jadi saudara halus manusia itu banyak, mereka semua sering disebut sedulur sinorowedi (saudara terdekat) secara spiritual.

Para sesepuh Jawa menganjurkan agar kita semua mengenal dan mensyukuri atas keberadaan saudara-saudara halus kita. Manusia juga perlu memahami bahwa para saudara halus tersebut merasa senang kalau kita mengetahui dan memahami keberadaan mereka.

Nah, itulah sedulur sinorowedi secara spirutual, terutama yang banyak diyakini oleh para sesepuh kita yang tinggal di desa-desa. Demikian, semoga dapat menambah wawasan kita.

Sabtu, 17 Agustus 2019

PITUTUR LUHUR SANG BODRONOYO


Apakah makna dari pitutur Semar:

"Mbegegeg Ugeg-ugeg, Hmel-hmel Sadulito, Ee.. Tholee.. !"

Maknanya luar biasa, ada nilai filisofis yang memberikan motivasi bagi umat manusia, terutama kaum muda.

"Mbegegeg" artinya diam. "Ugeg egeg" artinya berusaha atau bekerja.

Jadi orang itu tidak boleh hanya diam/menganggur. Harus selalu berusaha/bekerja.

Nah, mengapa kok mbegegeg nya didahulukan, sebab sebelum ia bekerja/berusaha dia harus introspeksi membaca diri atau hening. Aku iki isa apa, potensi apa yang ada dalam diri saya.

Yang separuh lagi begini:

"Hmel hmel" artinya makanan atau hasil kerja. "Sadulito" artinya sedikit.

Jadi meskipun hasilnya sedikit tidak apa-apa.

"Eee.. thole..!" Artinya orang muda/anak.

Jadi ujaran semar itu untuk kaum muda:
"bekerjalah yang rajin jangan hanya diam, walau hasilnya sedikit tidak mengapa. Yang penting bermanfaat.”


TERJEMAHAN DALAM BAHASA JAWA :
PITUTUR SEMAR
Apa tegese pitutur Semar sing unine:
"Mbegegeg Ugeg-ugeg, Hmel-Hmel Sadulito, Ee .. Tholee ..!"
Artine banget wigati, ana nilai filisofis kang nyengkuyung semangat kanggoe kita kabeh, utamané para taruna.
"Mbegegeg" kuwi tegese meneng. "Ugeg egeg" tegese usaha utawa makarya.
Dadi wong kuwi prayogane ora mung mendel wae utawa meneng. Kudu tansah usaha utawa makarya sabisane.
Lha, kenapa kok mbegegeg didhisikake, amarga sadurunge makarya utawa usaha kudune ngaca awake utawa introspeksi ing wayah kang sepi. Aku iki isa apa, apa potensi utawa kabisan kang ana awake.
Terus sing separuh meneh iki:
"Hmel Hmel" tegese pangan utawa hasile. "Sadulito" tegese sethitik.
Dadi sanadyan mung sethitik hasile ora dadi ngapa.
"Eee .. thole ..!" Iki tegese wong utawa bocah enom.
Dadi pituture Semar kuwi wigatine kanggo wong enom:
"mergawea sing sregep ora mung meneng wae, sanadyan mung duwe hasil sethitik ora dadi ngapa sing baku migunani.”
 

Senin, 12 Agustus 2019

MEMBANGUN LENTERA KEHIDUPAN

Untuk yang ini adalah artikel permintaan/pesanan pihak tertentu yang tidak boleh saya sebutkan identitasnya.

Agak serius sedikit memang. Namun apabila berkenan, saya persilahkan klik link di bawah ini:

https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5c710bedbde575545106b345/membangun-lentera-kehidupan-melalu-program-keluarga-harapan

Mohon berkenan nulis komentar setelah membaca. Matur nuwuun !

Minggu, 11 Agustus 2019

PUISI:
ALAM SAHABAT SEJATI KITA



Oleh: KI GURU RUSMAN




** GUMELARING JAGAD SAK ISINE IKI DICIPTAAKE GUSTI ALLAH AMUNG KANGGO KESEJAHTERAAN UMATE **


ALAM ....

Kata yang sederhana namun di dalamnya penuh dengan makna simbolik. 

Dia bisa dimaknai sebagai keadaan yang penuh damai. Cobalah luangkan waktu anda untuk sekedar berjalan-jalan ke daerah pegunungan. 

Mengapa ribuan orang jakarta setiap akhir pekan berbondong-bondong memenuhi jalan raya untuk sekedar beberapa jam bisa mencapai puncak? 

Atau warga surabaya memenuhi obyek wisata di kawasan Malang , Batu dan sekitarnya? 

Jawabnya adalah "alam". Di dalam alam ada damai yang selalu dirindukan oleh manusia.

Alam juga bisa dimaknai sebagai "keganasan", kedasyatan, suatu kondisi yang menakutkan, bahkan sangat mengerikan. 

Alam akan marah sekali merasakan keserakahan manusia, menyaksikan kebiadaban serta perbuatan yang tidak adil terhadap dirinya. 

Banjir bandang, letusan gunung atau bahkan tsunami sebagai akibatnya.

Namun alam juga bisa dimaknai sebagai saudara kandung kita semua.

Mereka adalah sahabat sejati manusia, sedulur sinorowedi setiap orang.

Alam mengasihi kita semua, tentu bagi kita yang juga menyayangi mereka.

Seperti halnya gunung dan sungai, dua-duanya bagaikan sepasang suami istri yang tak bisa dipisahkan. 

Sungai itu ibarat istrinya gunung dan gunung adalah suami sungai.

Pendek kata manusia tidak akan bisa terlepas dari alam atau kodratnya

Manusia dan alam dua-duanya diciptakan oleh Tuhan dari "tidak ada" menjadi "ada".


"ALLAH-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya." (Q.S. Al-Sajdah (32): 4).



PERNAHKAH ANDA menghayati makna di dunia pakeliran?

Dalam wayang semua sudah tersajikan oleh para lekuhur kita

Sebelum muncul para tokoh wayang, pertama kali yang ada ialah kelir putih kosong (owang-awung) di mana ditengahnya berdiri dua buah gunung

Mereka adalah gunung jantan dan gunung betina yang saling berpelukan

Karena kasih sayang dari keduanya maka mulailah ada lelakon atau kehidupan manusia, yaitu setelah dalang menarik kedua gunung dan dikibarkan ke seluruh alam semesta (layar)

Munculnya raja yang didahului emban dalam kelir itu memberikan lambang ketentraman tentang kelahiran

Juga bahwa kehidupan ini ada tatanan Cinta dan ketentraman. Jadi alam itupun diawali oleh cinta atau "phitotes"

Cinta merupakan kodrat yang membawa bersatunya minat atau niat yang luhur

Tetapi juga sebaliknya alam bisa menjadikan awal perpisahan dan perceraian

Dus, dengan begitu mari kita sama-sama mencitai alam, mengasihinya, sebagaimana Allah SWT mengasihi kita semua.


"Wa ma khalaqnas-sama'a wal-arḍa wa ma bainahuma la'ibin"
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan sia-sia (QS. Al-Anbiya:16).


***

Keterangan:
Puisi ini pernah kami tayangkan di Kompasiana pada awal Februari 2019.

Sabtu, 10 Agustus 2019

Pembinaan Gugus Kecamatan Palang 2019




Seperti kita ketahui bahwa guru adalah profesi yang membanggakan. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk mengemban amanah sebagai pendidik.
Guru bukanlah sekedar orang yang patut "diguGU"dan "ditiRU", lebih dari itu bahwa guru adalah profesi yang mulia, pencetak kepribadian, arsitek jiwa, atau bahkan the sun of nation.


Begitu hebat dan indahnya sanjungan dan kehormatan kepada profesi kita dan tentu semua itu melahirkan konsekwensi yang tidak ringan, ialah sikap profesionalitas kita sebagai insan pendidikan.



Nah, untuk membantu anda dalam membangun sikap profesional itu di bawah ini dapat dibaca bahan serta materi yang mungkin berguna bagi kita semua.

Silahkan buka link penting ini :

1. Soal-Soal Ulangan


2. Administrasi kelas:


3. Guru yang hebat melakuan kebiasaan ini:


Selamat membaca, terima kasih atas perhatiannya. Jangan lupa menulis KOMENTAR ya, tuh tempatnya di bawah. Dada ✋✋👋 💟 !

Palang, Agustus 2019
Rusman

Sepercik Kelam Dalam Sejarah Tuban

Siapa yang menyangka kalau dahulu kala, tepatnya pada awal abad ke-17, Kadipaten Tuban pernah digoncangkan oleh peristiwa tragis dan sekaligus memalukan bagi trah Ronggolawe.

Tentu ini merupakan noda kelam dalam regenerasi kepemimpinan Tuban saat itu.

Nama besar Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai Waliullah terkemuka yang tak bisa dipisahkan dari kadipaten pesisir utara ini, ternyata tak cukup mampu menghapus noktah hitam dalam sejarah Tuban ini.

Anda ingin tahu ceritanya? Bukalah link di bawah ini.

Selamat menikmati !


https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5b9941c843322f36e1123ef4/raden-sekartanjung-adipati-tuban-yang-terbunuh