Rusmannulis
Selasa, 27 Agustus 2019
PUISI:
SEBELUM AKU MENJADI LIAR
Biarkanlah mereka itu berkicau bagai puluhan burung
AKu yakin Suaranya kelak akan terhenti
Jika mereka mengerti, betapa amat luasnya langit dan dalamnya lautan
Selanjutnya keheranan orang-orang bodoh itu benar-benar tidak tertahankan lagi
Saat aku tetap melangkah maju sambil mengayunkan tangan menghantam berbagai rintangan
Dan mereka kubuat menjadi lebih heran melihat tata gerak kakiku yang tak mungkin dikejar lagi
Maka karena itulah, manusia-manusia pecundang itupun niscaya menjadi lebih berhati-hati
Demikianlah, ketika ayunan kedua tangan ini hampir mengenai ulu hati, maka aku pun menariknya menggeser ke samping
Memberi kesempatan pada para sahabat palsu itu untuk lari dari keterlanjuranku
Kembali menjadi serigala yang takkan mungkin ingat tentang nilai dan norma.***
Keterangan:
Pernah tertayang di kompasiana tgl.1 februari 2019
Jumat, 23 Agustus 2019
WAYANG, DALANG DAN SINDEN
Piring itu bisa diibaratkan sebagai kelir wayang
Keduanya adalah wahana atau tempat untuk menggelar sajian utama
Wayang adalah nasi, di mana keduanya merupakan aspek yang paling inti
Gamelan adalah kuah dan lauknya
Nasi tanpa kuah dan lauk tentu tidak ada rasanya, begitu pula wayang tanpa gamelan.. mungkinkah?
Dalang adalah sendoknya
Tanpa dalang wayang takkan mampu dinikmati begitu pula tanpa sendok nasi tak akan sanpai ke mulut
Sinden adalah garpunya
Sinden adalah pendamping dalang dan garpu adalah pendamping sendok
Tema atau lakon adalah menunya
Lakon wayang itu adalah isi pesan begitu pula menu itu adalah gizi
Akhirnya kedua kutub bertemu di indra kita..
Ialah telinga, mata dan mulut kita
Telinga dan mata adalah alat untuk menikmati pagelaran wayang
Mulut dan lidah alat untuk menikmati kelezatan makanan
Dan sebagai titik kulminasinya adalah hati dan nurani kita
Wayang sebagai makanan jiwa yang sarat dengan nilai dan norma
Sedang nasi sebagai santapan raga akan mampu membuat kehidupan yang sehat dan barokah.
Demikian sekilas analisa tentang pentingnya "sajian wayang" bagi jiwa dan raga kita.
DALANG
Dalang, multi skil harus dia miliki. Dalang itu tidak ubahnya seorang guru, seorang pedakwah, ataupun penceramah.
Dari dirinyalah diharapkan banyak nilai dan norma adi luhung ajaran para leluhur dapat diajarkan pada masyarakat.
Pada sisi lain pertunjukkan wayang itu sesungguhnya adalah pertunjukkan yang keren juga.
Seorang Dalang menjadi sentral pertujukkan yang berfungsi sebagai pembawa cerita.
Dia harus mampu menjadi penembang, memainkan wayang, juga pengisi suara yang sesuai karakter wayang.
Dari diskripsi itu dapat dibayangkan betapa hebatnya figur dalang, multi skill harus dia miliki dan dia peragakan di depan publik.
Karena itu tentu dalang merupakan sebuah profesi, bukan sekedar pekerjaan atau tempat untuk mencari makan semata.
Dalam setiap profesi di sana ada unsur pengabdian, amanah, tuntutan, martabat, dan tentu saja juga penghasilan.
Untuk bisa menjadi Dalang yang baik bukan sembarangan, membutuhkan proses dan latihan yang panjang.
Pada sisi lain, seorang Dalang ternyata juga haruslah seorang manajer.
Sebab dalam pertunjukan bukan hanya dalang dan wayang yang harus hadir.
Di situ juga banyak pemain orkestra gamelan dan koor (choir) ibu-ibu pesinden yang melantunkan tembang-tembang.
Semua harus berpadu dalam sebuah kemasan yang harmonis, suatu kesatuan dari berbagai unsur.
Yang harus sinergis sehingga menjadi sajian yang bisa dinikmati oleh semua orang.
Maka di situlah letak manajernya seorang Dalang.
SINDEN
Sinden atau lengkapnya Pesinden berasal dari Bahasa Jawa "pesindian" yang berarti orang yang berbakat menyanyi.
Jelasnya pesinden adalah orang yang bertugas bernyanyi (nembang) seirama dengan orkestra gamelan.
Umumnya dia adalah seorang wanita yang mempunyai kemampuan berkomunikasi secara baik dan luas.
Dia juga harus berkeahlian mengolah vokal yang baik dan berkemampuan untuk menyanyi dengan cengkok-cengkok yang merdu.
Sinden disebut pula waranggana, tetdiri dari kata "wara" yang berarti seorang wanita, dan kata "anggana" berarti mandiri.
Memang pada era dahulu waranggana itu hampur selalu diperankan oleh satu wanita dalam setiap pergelaran wayang maupun pentas klenengan.
Sinden saat itu adalah seorang wanita yang nembang sesuai dengan gendhing yang diminta baik pentas klenengan maupun pergelaran wayang.
Sementara itu Istilah sinden tidak hanya dikenal di satu tempat saja. Namun juga banyak digunakan di beberapa daerah seperti Banyumas, Yogyakarta, Sunda, Jawa Timur serta daerah lainnya.
Tetapi sesuai perkembangan jaman sekarang Sinden tidak hanya tampil sendirian (satu orang) tetapi dalam satu pertunjukan wayang bisa mencapai lima hingga enam orang bahkan bisa pula lebih jika dalam pergelaran yang spektakuler.
Pada pergelaran wayang zaman dulu, Sinden biasanya duduk di belakang Dalang, tepatnya di belakang penabuh gender dan di depan tukang Kendhang.
Yang sering hanya seorang diri dan biasanya istri dari Dalangnya atau bisa saja istri salah satu pengrawit dalam pergelaran tersebut.
Tetapi seiring perkembangan zaman, terutama di era Ki Narto Sabdho yang banyak melakukan pengembangan, Sinden dialihkan tempatnya menghadap ke penonton tepatnya di sebelah kanan Dalang serta membelakangi simpingan wayang dengan jumlah lebih dari dua orang.
Dewasa ini Sinden mendapatkan tempat yang tidak ubahnya seperti artis penyanyi bahkan bagi sinden yang sudah kondang penghasilannya tidak kalah dengan para penyanyi yang populer.
Pakaiannya pun selalu rapi dan menarik dengan wajah cantik-cantik pula. Semua itu tentu dapat membuat penonton lebih kerasan dalam menikmati pertunjukan wayang.
Namun dalam perkembangannya sekarang Sinden wayang tidak pula didominasi oleh kaum wanita, sekarang muncul juga beberapa orang Sinden laki-laki yang mempunyai suara merdu tak ubahnya sinden wanita.***
Keduanya adalah wahana atau tempat untuk menggelar sajian utama
Wayang adalah nasi, di mana keduanya merupakan aspek yang paling inti
Gamelan adalah kuah dan lauknya
Nasi tanpa kuah dan lauk tentu tidak ada rasanya, begitu pula wayang tanpa gamelan.. mungkinkah?
Dalang adalah sendoknya
Tanpa dalang wayang takkan mampu dinikmati begitu pula tanpa sendok nasi tak akan sanpai ke mulut
Sinden adalah garpunya
Sinden adalah pendamping dalang dan garpu adalah pendamping sendok
Tema atau lakon adalah menunya
Lakon wayang itu adalah isi pesan begitu pula menu itu adalah gizi
Akhirnya kedua kutub bertemu di indra kita..
Ialah telinga, mata dan mulut kita
Telinga dan mata adalah alat untuk menikmati pagelaran wayang
Mulut dan lidah alat untuk menikmati kelezatan makanan
Dan sebagai titik kulminasinya adalah hati dan nurani kita
Wayang sebagai makanan jiwa yang sarat dengan nilai dan norma
Sedang nasi sebagai santapan raga akan mampu membuat kehidupan yang sehat dan barokah.
Demikian sekilas analisa tentang pentingnya "sajian wayang" bagi jiwa dan raga kita.
DALANG
Dalang, multi skil harus dia miliki. Dalang itu tidak ubahnya seorang guru, seorang pedakwah, ataupun penceramah.
Dari dirinyalah diharapkan banyak nilai dan norma adi luhung ajaran para leluhur dapat diajarkan pada masyarakat.
Pada sisi lain pertunjukkan wayang itu sesungguhnya adalah pertunjukkan yang keren juga.
Seorang Dalang menjadi sentral pertujukkan yang berfungsi sebagai pembawa cerita.
Dia harus mampu menjadi penembang, memainkan wayang, juga pengisi suara yang sesuai karakter wayang.
Dari diskripsi itu dapat dibayangkan betapa hebatnya figur dalang, multi skill harus dia miliki dan dia peragakan di depan publik.
Karena itu tentu dalang merupakan sebuah profesi, bukan sekedar pekerjaan atau tempat untuk mencari makan semata.
Dalam setiap profesi di sana ada unsur pengabdian, amanah, tuntutan, martabat, dan tentu saja juga penghasilan.
Untuk bisa menjadi Dalang yang baik bukan sembarangan, membutuhkan proses dan latihan yang panjang.
Pada sisi lain, seorang Dalang ternyata juga haruslah seorang manajer.
Sebab dalam pertunjukan bukan hanya dalang dan wayang yang harus hadir.
Di situ juga banyak pemain orkestra gamelan dan koor (choir) ibu-ibu pesinden yang melantunkan tembang-tembang.
Semua harus berpadu dalam sebuah kemasan yang harmonis, suatu kesatuan dari berbagai unsur.
Yang harus sinergis sehingga menjadi sajian yang bisa dinikmati oleh semua orang.
Maka di situlah letak manajernya seorang Dalang.
SINDEN
Sinden atau lengkapnya Pesinden berasal dari Bahasa Jawa "pesindian" yang berarti orang yang berbakat menyanyi.
Jelasnya pesinden adalah orang yang bertugas bernyanyi (nembang) seirama dengan orkestra gamelan.
Umumnya dia adalah seorang wanita yang mempunyai kemampuan berkomunikasi secara baik dan luas.
Dia juga harus berkeahlian mengolah vokal yang baik dan berkemampuan untuk menyanyi dengan cengkok-cengkok yang merdu.
Sinden disebut pula waranggana, tetdiri dari kata "wara" yang berarti seorang wanita, dan kata "anggana" berarti mandiri.
Memang pada era dahulu waranggana itu hampur selalu diperankan oleh satu wanita dalam setiap pergelaran wayang maupun pentas klenengan.
Sinden saat itu adalah seorang wanita yang nembang sesuai dengan gendhing yang diminta baik pentas klenengan maupun pergelaran wayang.
Sementara itu Istilah sinden tidak hanya dikenal di satu tempat saja. Namun juga banyak digunakan di beberapa daerah seperti Banyumas, Yogyakarta, Sunda, Jawa Timur serta daerah lainnya.
Tetapi sesuai perkembangan jaman sekarang Sinden tidak hanya tampil sendirian (satu orang) tetapi dalam satu pertunjukan wayang bisa mencapai lima hingga enam orang bahkan bisa pula lebih jika dalam pergelaran yang spektakuler.
Pada pergelaran wayang zaman dulu, Sinden biasanya duduk di belakang Dalang, tepatnya di belakang penabuh gender dan di depan tukang Kendhang.
Yang sering hanya seorang diri dan biasanya istri dari Dalangnya atau bisa saja istri salah satu pengrawit dalam pergelaran tersebut.
Tetapi seiring perkembangan zaman, terutama di era Ki Narto Sabdho yang banyak melakukan pengembangan, Sinden dialihkan tempatnya menghadap ke penonton tepatnya di sebelah kanan Dalang serta membelakangi simpingan wayang dengan jumlah lebih dari dua orang.
Dewasa ini Sinden mendapatkan tempat yang tidak ubahnya seperti artis penyanyi bahkan bagi sinden yang sudah kondang penghasilannya tidak kalah dengan para penyanyi yang populer.
Pakaiannya pun selalu rapi dan menarik dengan wajah cantik-cantik pula. Semua itu tentu dapat membuat penonton lebih kerasan dalam menikmati pertunjukan wayang.
Namun dalam perkembangannya sekarang Sinden wayang tidak pula didominasi oleh kaum wanita, sekarang muncul juga beberapa orang Sinden laki-laki yang mempunyai suara merdu tak ubahnya sinden wanita.***
Rabu, 21 Agustus 2019
SEDULUR SINOROWEDI
Dia
bukanlah saudara kandung, bukan istri atau suami, bukan anak atau keponakan,
serta bukan keluarga besar dalam bentuk apapun, tapi keberadaannya terasa
sekali dekat dengan kita. Dia akan selalu sanggup hadir di tengah suka atau
duka, baik diminta atau tidak diminta. Kadang-kadang justru terasa melebihi
saudara kandung kita sendiri.
Dia bukan pula sang kekasih hati, bukan orang yang selama ini menerima belaian
cinta kita. Namun pengorbanannya, dan cara dia memperlakukan kita
seolah-olah justru lebih dari kita sendiri. Nah, siapakah dia? Dia tidak lain
adalah orang yang sering kita sebut sebagai "sedulur sinorowedi".
Sebutan sedulur sinorowedi ini rasanya sangat kental bagi telinga masyarakat Indonesia
khususnya orang jawa. Para orang tua kita yang hidup pada zaman dulu
umumnya memiliki orang-orang lain selain keluarga mereka. Orang yang
seringkali ia datang untuk bersilaturahmi di banyak waktu senggang mereka. Atau
bisa pula sebaliknya, yang sering mereka datang ke rumahnya.
Pada zaman
dahulu memang budaya saling bersilaturahmi masih sangat erat dalam kehidupan
bermasyarakat. Di samping karena pola kehidupan sosial yang terwarisi dari para
leluhur masih sangat kuat juga karena mereka memiliki waktu yang sangat
longgar. Jalinan kehidupan sosial yang erat itu bisa pula disebabkan oleh
mainset atau pola pikir mereka yang sederhana.
Hidup
"salumrahe" tidak perlu "neka-neka", yang penting cukup
papan-pangan-sandhang (rumah-pakaian-makan), maka hidup ini rasanya sudah
lengkap. Seiring dengan perkembangan zaman, maka dinding kehidupan sosial
seperti itu nampaknya semakin terkikis oleh pola kehidupan yang baru. Pola
pikir yang individualistis dan pragmatis semakin nampak jelas teraktualisasikan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Lahirlah kemudian gaya hidup yang konsumtif dan hedonistis ialah hidup yang lebih banyak
mengandalkan uang, harta dan kesenangan. Di tengah gelombang model kehidupan
yang seperti itulah, maka tiba-tiba saja konsep dan penerapan "sedulur
sinorowedi" itu bagaikan hilang dari tata pergaulan masyarakat kita.
Mengapa
bisa begitu? Tidak lain karena konsep sinorowedi yang penulis gambarkan di atas
masih tergantung sekali pada wujud fisik manusia. Masih didasari oleh sikap dan
pandangan orang lain di mana sikap orang lain itu mudah sekali terhempas oleh
perkembangan situasi dan kondisi lingkungannya.
Di bawah
ini ada lagi satu konsep sedulur sinorowedi yang lebih didasarkan pada
pandangan spiritualisme, ialah apa yang orang tempoe doeloe sering menyebutnya sebagai "kakang kawah, adhi ari-ari."
Siapakah sebenarnya "kakang kawah, adhi ari-ari" itu? Rasanya lamat-lamat pada
tempoe doeloe kita agak sering juga mendengar istilah itu. Meskipun sekarang
rasanya sudah semakin jarang telinga ini mendengarnya lagi.
Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut, kiranya perlu dimengerti bahwa tulisan ini
akan sedikit menyinggung tentang konsep spiritual kejawen. Bagi yang tidak
yakin, anggaplah ini sebagai tambahan pengetahuan saja. Sedang bagi yang sudah
memahami, mungkin bisa disikapi sebagai bahan diskusi.
Sedang penulis sen
diri lebih banyak menyikapinya sebagai ungkapan rasa senang, membaca
tulisan senior kompasianer dari "Ulul Rosyad, 2013" dan terasa ingin
membaginya kepada pembaca sekalian.
Dalam
konsep spiritual "sedulur sinorowedi" manusia itu ada banyak sekali,
dan setiap orang pasti mempunyainya, senang atau tidak senang, karena ini
sebagai bagian dari keberadaan kita. Sedulur alus tersebut sesuai dengan yang
ginaris oleh Tuhan YME.
1. Mar dan Marti
Kelompok yang
pertama adalah "Mar dan Marti". Mereka merupakan saudara alus kita
yang lebih tua tetapi tidak ikut dilahirkan melalui rahim.
"Mar"
sebagai pencerminan perjuangan ibu saat melahirkan dan sekaligus adalah
pendamping yang hebat bagi manusia yang akan menjalankan amanah untuk keluar dari
guwa garbo.
Sedangkan
"Marti" adalah pencerminan perjuangan ibu setelah melahirkan. Dia
merupakan pendamping saat manusia kecil itu masih dalam perawatan dan melakukan
penyesuaian di alam dunia. Sebagai sedulur alus manusia yang lebih tua maka
"Mar dan Marti" ini dianggap sangat tinggi kedudukannya.
2. Sedulur Papat Kalimo Pancer
Selanjutnya ada yang
disebut "Sedulur Papat Kalimo Pancer", yaitu terdiri dari:
a.
Kakang Kawah
ialah unsur yang
keluar dari rahim sebelum sang bayi. Disebut warnanya putih dan bertempat di
Timur.
b.
Adi ari-ari
ialah unsur yang
keluar dari rahim sesudah si bayi. Konon warnanya kuning dan tempatnya di
Barat.
c.
Unsur
"Getih”
ialah unsur yang
keluar dari rahim sewaktu melahirkan. Unsur ini warnanya merah, tempatnya di
Selatan.
d.
Puser atau
pusar
yang kelak dipotong sesudah si bayi lahir.
Warnanya hitam dan tempatnya di Utara.
e.
Pancer
yaitu berupa jasmani
yang digambarkan berada di tengah di antara empat saudara lain yang tidak
beraga. Mereka ini sebagai saudara halus konon bertugas mendampingi
manusia kelak dalam mengarungi hidup sehari-hari.
3. Kadang Marga Ino
Kemudian ada sedulur
halus yang disebut: Kadang marga ino, Kadang kang ora katon lan ora karawatan,
Kadang kang lair bareng sadino sawengine.
Jadi saudara halus
manusia itu banyak, mereka semua sering disebut sedulur sinorowedi (saudara
terdekat) secara spiritual.
Para sesepuh Jawa menganjurkan agar kita semua mengenal dan mensyukuri atas
keberadaan saudara-saudara halus kita. Manusia juga perlu memahami bahwa
para saudara halus tersebut merasa senang kalau kita mengetahui dan memahami
keberadaan mereka.
Sabtu, 17 Agustus 2019
PITUTUR LUHUR SANG BODRONOYO
Apakah makna dari pitutur Semar:
"Mbegegeg Ugeg-ugeg, Hmel-hmel Sadulito, Ee.. Tholee.. !"
Maknanya luar biasa, ada nilai filisofis yang memberikan motivasi bagi umat manusia, terutama kaum muda.
"Mbegegeg" artinya diam. "Ugeg egeg" artinya berusaha atau bekerja.
Jadi orang itu tidak boleh hanya diam/menganggur. Harus selalu berusaha/bekerja.
Nah, mengapa kok mbegegeg nya didahulukan, sebab sebelum ia bekerja/berusaha dia harus introspeksi membaca diri atau hening. Aku iki isa apa, potensi apa yang ada dalam diri saya.
Yang separuh lagi begini:
"Hmel hmel" artinya makanan atau hasil kerja. "Sadulito" artinya sedikit.
Jadi meskipun hasilnya sedikit tidak apa-apa.
"Eee.. thole..!" Artinya orang muda/anak.
Jadi ujaran semar itu untuk kaum muda:
"bekerjalah yang rajin jangan hanya diam, walau hasilnya sedikit tidak mengapa. Yang penting bermanfaat.”
TERJEMAHAN
DALAM BAHASA JAWA :
PITUTUR SEMAR
Apa
tegese pitutur Semar sing unine:
"Mbegegeg Ugeg-ugeg, Hmel-Hmel Sadulito, Ee .. Tholee ..!"
Artine banget wigati, ana nilai filisofis kang nyengkuyung semangat kanggoe kita kabeh, utamané para taruna.
"Mbegegeg" kuwi tegese meneng. "Ugeg egeg" tegese usaha utawa makarya.
Dadi wong kuwi prayogane ora mung mendel wae utawa meneng. Kudu tansah usaha utawa makarya sabisane.
Lha, kenapa kok mbegegeg didhisikake, amarga sadurunge makarya utawa usaha kudune ngaca awake utawa introspeksi ing wayah kang sepi. Aku iki isa apa, apa potensi utawa kabisan kang ana awake.
Terus sing separuh meneh iki:
"Hmel Hmel" tegese pangan utawa hasile. "Sadulito" tegese sethitik.
Dadi sanadyan mung sethitik hasile ora dadi ngapa.
"Eee .. thole ..!" Iki tegese wong utawa bocah enom.
Dadi pituture Semar kuwi wigatine kanggo wong enom:
"mergawea sing sregep ora mung meneng wae, sanadyan mung duwe hasil sethitik ora dadi ngapa sing baku migunani.”
"Mbegegeg Ugeg-ugeg, Hmel-Hmel Sadulito, Ee .. Tholee ..!"
Artine banget wigati, ana nilai filisofis kang nyengkuyung semangat kanggoe kita kabeh, utamané para taruna.
"Mbegegeg" kuwi tegese meneng. "Ugeg egeg" tegese usaha utawa makarya.
Dadi wong kuwi prayogane ora mung mendel wae utawa meneng. Kudu tansah usaha utawa makarya sabisane.
Lha, kenapa kok mbegegeg didhisikake, amarga sadurunge makarya utawa usaha kudune ngaca awake utawa introspeksi ing wayah kang sepi. Aku iki isa apa, apa potensi utawa kabisan kang ana awake.
Terus sing separuh meneh iki:
"Hmel Hmel" tegese pangan utawa hasile. "Sadulito" tegese sethitik.
Dadi sanadyan mung sethitik hasile ora dadi ngapa.
"Eee .. thole ..!" Iki tegese wong utawa bocah enom.
Dadi pituture Semar kuwi wigatine kanggo wong enom:
"mergawea sing sregep ora mung meneng wae, sanadyan mung duwe hasil sethitik ora dadi ngapa sing baku migunani.”
Senin, 12 Agustus 2019
MEMBANGUN LENTERA KEHIDUPAN
Untuk yang ini adalah artikel permintaan/pesanan pihak tertentu yang tidak boleh saya sebutkan identitasnya.
Agak serius sedikit memang. Namun apabila berkenan, saya persilahkan klik link di bawah ini:
https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5c710bedbde575545106b345/membangun-lentera-kehidupan-melalu-program-keluarga-harapan
Mohon berkenan nulis komentar setelah membaca. Matur nuwuun !
Agak serius sedikit memang. Namun apabila berkenan, saya persilahkan klik link di bawah ini:
https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5c710bedbde575545106b345/membangun-lentera-kehidupan-melalu-program-keluarga-harapan
Mohon berkenan nulis komentar setelah membaca. Matur nuwuun !
Minggu, 11 Agustus 2019
PUISI:
ALAM SAHABAT SEJATI KITA
Oleh: KI GURU RUSMAN
** GUMELARING JAGAD SAK ISINE IKI DICIPTAAKE GUSTI ALLAH AMUNG KANGGO KESEJAHTERAAN UMATE **
ALAM ....
Kata yang sederhana namun di dalamnya penuh dengan makna simbolik.
Dia bisa dimaknai sebagai keadaan yang penuh damai. Cobalah luangkan waktu anda untuk sekedar berjalan-jalan ke daerah pegunungan.
Mengapa ribuan orang jakarta setiap akhir pekan berbondong-bondong memenuhi jalan raya untuk sekedar beberapa jam bisa mencapai puncak?
Atau warga surabaya memenuhi obyek wisata di kawasan Malang , Batu dan sekitarnya?
Jawabnya adalah "alam". Di dalam alam ada damai yang selalu dirindukan oleh manusia.
Alam juga bisa dimaknai sebagai "keganasan", kedasyatan, suatu kondisi yang menakutkan, bahkan sangat mengerikan.
Alam akan marah sekali merasakan keserakahan manusia, menyaksikan kebiadaban serta perbuatan yang tidak adil terhadap dirinya.
Banjir bandang, letusan gunung atau bahkan tsunami sebagai akibatnya.
Namun alam juga bisa dimaknai sebagai saudara kandung kita semua.
Mereka adalah sahabat sejati manusia, sedulur sinorowedi setiap orang.
Alam mengasihi kita semua, tentu bagi kita yang juga menyayangi mereka.
Seperti halnya gunung dan sungai, dua-duanya bagaikan sepasang suami istri yang tak bisa dipisahkan.
Sungai itu ibarat istrinya gunung dan gunung adalah suami sungai.
Pendek kata manusia tidak akan bisa terlepas dari alam atau kodratnya
Manusia dan alam dua-duanya diciptakan oleh Tuhan dari "tidak ada" menjadi "ada".
"ALLAH-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya." (Q.S. Al-Sajdah (32): 4).
PERNAHKAH ANDA menghayati makna di dunia pakeliran?
Dalam wayang semua sudah tersajikan oleh para lekuhur kita
Sebelum muncul para tokoh wayang, pertama kali yang ada ialah kelir putih kosong (owang-awung) di mana ditengahnya berdiri dua buah gunung
Mereka adalah gunung jantan dan gunung betina yang saling berpelukan
Karena kasih sayang dari keduanya maka mulailah ada lelakon atau kehidupan manusia, yaitu setelah dalang menarik kedua gunung dan dikibarkan ke seluruh alam semesta (layar)
Munculnya raja yang didahului emban dalam kelir itu memberikan lambang ketentraman tentang kelahiran
Juga bahwa kehidupan ini ada tatanan Cinta dan ketentraman. Jadi alam itupun diawali oleh cinta atau "phitotes"
Cinta merupakan kodrat yang membawa bersatunya minat atau niat yang luhur
Tetapi juga sebaliknya alam bisa menjadikan awal perpisahan dan perceraian
Dus, dengan begitu mari kita sama-sama mencitai alam, mengasihinya, sebagaimana Allah SWT mengasihi kita semua.
"Wa ma khalaqnas-sama'a wal-arḍa wa ma bainahuma la'ibin"
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan sia-sia (QS. Al-Anbiya:16).
***
Keterangan:
Puisi ini pernah kami tayangkan di Kompasiana pada awal Februari 2019.
Sabtu, 10 Agustus 2019
Pembinaan Gugus Kecamatan Palang 2019
Seperti kita ketahui bahwa guru adalah profesi yang membanggakan. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk mengemban amanah sebagai pendidik.
Guru bukanlah sekedar orang yang patut "diguGU"dan "ditiRU", lebih dari itu bahwa guru adalah profesi yang mulia, pencetak kepribadian, arsitek jiwa, atau bahkan the sun of nation.
Begitu hebat dan indahnya sanjungan dan kehormatan kepada profesi kita dan tentu semua itu melahirkan konsekwensi yang tidak ringan, ialah sikap profesionalitas kita sebagai insan pendidikan.
Nah, untuk membantu anda dalam membangun sikap profesional itu di bawah ini dapat dibaca bahan serta materi yang mungkin berguna bagi kita semua.
Silahkan buka link penting ini :
1. Soal-Soal Ulangan
2. Administrasi kelas:
3. Guru yang hebat melakuan kebiasaan ini:
Selamat membaca, terima kasih atas perhatiannya. Jangan lupa menulis KOMENTAR ya, tuh tempatnya di bawah. Dada ✋✋👋 💟 !
Palang, Agustus 2019
Rusman
Sepercik Kelam Dalam Sejarah Tuban
Siapa yang menyangka kalau dahulu kala, tepatnya pada awal abad ke-17, Kadipaten Tuban pernah digoncangkan oleh peristiwa tragis dan sekaligus memalukan bagi trah Ronggolawe.
Tentu ini merupakan noda kelam dalam regenerasi kepemimpinan Tuban saat itu.
Nama besar Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai Waliullah terkemuka yang tak bisa dipisahkan dari kadipaten pesisir utara ini, ternyata tak cukup mampu menghapus noktah hitam dalam sejarah Tuban ini.
Anda ingin tahu ceritanya? Bukalah link di bawah ini.
Selamat menikmati !
https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5b9941c843322f36e1123ef4/raden-sekartanjung-adipati-tuban-yang-terbunuh
Tentu ini merupakan noda kelam dalam regenerasi kepemimpinan Tuban saat itu.
Nama besar Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai Waliullah terkemuka yang tak bisa dipisahkan dari kadipaten pesisir utara ini, ternyata tak cukup mampu menghapus noktah hitam dalam sejarah Tuban ini.
Anda ingin tahu ceritanya? Bukalah link di bawah ini.
Selamat menikmati !
https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5b9941c843322f36e1123ef4/raden-sekartanjung-adipati-tuban-yang-terbunuh
Jumat, 09 Agustus 2019
Manfaat Lomba Bagi Siswa Kita
Sungguh besar manfaat lomba bagi siswa kita. Ingin tahu? Coba buka link berikut, selamat membaca !
https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5bf3dcb2aeebe17c0f0fcb03/lomba-dan-manfaatnya-bagi-anak
Langganan:
Postingan (Atom)