-

Rusmannulis

Minggu, 11 November 2018

GEBYAR ANUGERAH G'99 SATU HATI KABUPATEN TUBAN 2018


Nuansa religius sangat mewarni acara Gebyar Anugrah G99 Satu Hati yang digagas oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban. Acara yang diadakan di Pendopo Kridho Manunggal Tuban, Jum'at tgl. 9 Nopember 2018 ini sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian kegiatan lomba yang titik awalnya sudah dimulai sejak bulan April lalu.

Salah satu warna inovatif dari lomba atau festival ini adalah dimanfaatkannya media Youtube sebagai wahana untuk menampilkan kreativitas para peserta.


Sekolah-sekokah yang menjadi peserta diwajibkan untuk menayangkan kebolehan mencipta lagu, mengaransemen dan kreasi tampilannya lewat video. Tampilan yang dilombakan harus mengangkat Asmaul Husna yang berisikan 99 sifat Allah SWT.

Dalam lomba ini peran serta insan pendidikan atau masyarakat umum yang ingin memberikan apresiasinya dipersilahkan juga dengan cara membubuhkan jempol (like) di tampilan Youtube. Jumlah jempol yang diperoleh merupakan unsur yang dinilai,  di samping aspek-aspek yang lain ysng dipandang relevanm

Pada tahap berikutnya seleksi dilakukan dengan cara kunjungan terhadap sekolah-sekolah yang masuk nominasi.



Luar biasa, kegiatan yang sangat kental dengan nilai ke-Islam-an ini merupakan yang pertama terintegrasikan dengan dunia internet. Tidak heran jika acara yang cukup spektakuler ini mendapatkan dukungan yang antusias di tengah masyatakat Tuban terutama dari kalangan pendidikan.

Bahkan Bupati Tuban sendiri, Fatkhul Huda, juga sangat mendukung dan berharap di tahun mendatang lomba semacam ini agar lebih ditingkatkan lagi. Bahkan jumlah pesertanya lebih ditingkatkan. Kalau mungkin meliputi lembaga SD dan SMP.

Penggagas acara ini adalah Witono, S.Pd., M.Pd yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten  Tuban. Saat ditemui tim "Rusmannulis" menjelaskan bahwa tujuan utama dari penyelenggaraan event ini adalah penanaman religiusitas dan sikap sosial baik terhadap para pendidik maupun peserta didik.

Di samping konsep ini merupakan tuntutan utama dalam penerapan kurikulum 2013, namun sekaligus juga untuk mendukung penerapan visi dan misi Kabupaten Tuban sebagai bumi wali.***

Sabtu, 10 November 2018

PENGAWAS SEKOLAH DALAM LINGKARAN PROBLEMA



SALAH SATU tantangan terberat bagi dunia pendidikan kita adalah pada ranah  literasi. Sebagaimana acap kali digelorakan dalam setiap kesempatan bahwa idealitas kurikulum 2013 antara lain adalah bagaimana mendorong insan pendidikan agar lebih bergairah dalam berliterasi.

Sementara itu inti dari aktivitas literasi adalah "demen baca, demen nulis dan demen memaknainya." Padahal justru di wilayah "3 demen" inilah agaknya bangsa ini telah mempunyai prestasi yang mengagumkan, yakni prestasi"betah duduk tanpa bacaan."

Memang sungguh mengenaskan, apabila kita cermati baru pada taraf awal saja, yakni tahap "demen baca", kita sudah disuguhi tantangan yang sangat berat. Telah hampir 75 th memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka, namun ketidaksukaan membaca selalu ditimpakan kepada mantan penjajah. Banyak orang Indonesia kalau ada hal buruk selalu mengatakan, ini akibat terlalu lamanya terkungkung oleh penjajahan.

Yang sungguh mengenaskan lagi adalah saat kita ketahui bahwa guru-guru di Indonesia ternyata juga tergorong insan yang enggan membaca. Hal ini juga tidak terlepas pula di dalamnya, yaitu kalangan para pengawas sekolah yang konon merupakan simbahnya guru.

Tentu saja ini bukan isapan jempol, dari setiap sepuluh link artikel yang sering saya share ke group-group WA maupun jaringan pribadi pengawas sekolah, rata-rata hanya 2 artikel yang tertandai telah dibaca. Umumnya hanya dapat lirikan mata saja. Kondisi itu terlihat pada angka yang muncul di sebelah penanda bacanya.

Lantas bagaimana dengan tahapan yang kedua, yakni "demen nulis", aduh emak, kalau pada tahap input saja sepi aktivitas mana bisa outputnya tumbuh subur. Padahal orang bisa memproduksi kalimat demi kalimat tentu saja harus memiliki bahan yang cukup.

Lantas, harus bagaimana ini? Satu-satunya jalan bagi para pengawas adalah harus merubah mainset (pola pikir). Bagaimana orang-orang super ini akan me-literasi-kan para guru jika dirinya sendiri kebiasaannya hanya sebatas "melirik" judul bacaan saja. Bagi para super intendent ini jelas kegiatan berkarya tulis harus dijadikan sebagai kebutuhan dasar sebagaimana Maslow katakan dalam teori "The Herarchy Of Need" (1989)  bahwa yang paling bisa menggerakkan motivasi manusia adalah fakor kebutuhannya itu sendiri. Semoga

Jumat, 09 November 2018

BERKENALAN DENGAN BU ENDANG PENGAWAS LAMONGAN



Namanya ibu Endang, atau lengkapnya adalah Dra. Tri Endang Estu Nastiti, M.Pd. Beliau adalah Pengawas SD di wilayah Kecamatan Kembang Bahu Kabupaten Lamongan.
Ibu Endang adalah seorang pengawas sekolah yang tergolong kreatif, kritis dan memiliki kompetensi tinggi.
Tidak heran jika sekarang sudah menyandang jabatan sebagai Pengawas Utama dengan pangkat IV/D.
Bahkan beliau sempat bercerita bahwa usulan karya tulis yang ia rancang sendiri saat usul pangkat langsung mampu meraih nilai 14 tanpa mengulang.
Selamat bu Endang, semoga selalu sukses dan konsisten dalam menjalankan tugas utama sebagai pengawas sekolah berprestasi.


Bu Endang, sapaan akrabnya, menyampaikan cerita itu pada forum diklat penguatan Pengawas Sekolah Dasar di hotel Dewarna, Jum'at tgl. 9 Nopember 2018.


Yang kedua ini adalah ibu Lilik, lengkapnya Lilik Wardaningsing, S.Pd., M.Pd. Beliau adalah Pengawas SD di wilayah Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban.
Meskipun masih sebagai pengawas madya namun Bu Lilik memiliki prestasi yang baik pula, terutama di bidang seni tari.
Bu Lilik adalah salah seorang penari senior di Kabupaten Tuban dan memiliki prestasi sampai ke tingkat propinsi dan nasional.
Bu Lilik dan Bu Endang adalah dua orang wanita karir yang bisa menjadi contoh teman-teman seprofesinya serta insan pendidikan lainnya di tanah air tercinta.***